Jumat, 29 September 2023

RUANG KOLABORASI MODUL 3.2 KELOMPOK 2 CGP ANGKATAN 8 KOTA LANGSA


 

REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.2

 


Refleksi mandiri


Harpila Desky, S.Pd

CGP Angkatan 8 Kota Langsa

SMAN 1 Langsa


Model 4F

1.      Facts  (Fakta)

Pada tanggal 25 September 2023 Saya memulai pembelajaran Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya. Modul berisi beberapa tahapan pembelajaran yakni mulai dari diri  berisi cakupan materi sekolah sebagai ekosistem. Pada tahapan pembelajaran pertama CGP diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan pemantik untuk mengingat kembali pengetahuan dasar tentang apa saja yang menjadi factor yang mempengaruhi ekosistem di sekolah serta bagaimana peran kepala sekolah sebagai pimpinan dalam pengelolaannya, selanjutnya merefleksi kembali jawaban yang telah di tulis serta mengungkapkan harapan dari pembelajaran di modul 3.2.

Pada alur ekplorasi konsep, saya dan rekan CGP hebat lainnya mempelajari factor yang mempengaruhi ekosistem sekolah, beberapa contoh kasus pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis kekurangan serta pemetaan sumber daya yang ada berdasarkan tujuh aset dengan pendekatan ABCD yaitu Asset-Based Community Development. Di tahap pembelajaran Forum diskusi , saya dan rekan rekan cgp lainnya berdiskusi seputar materi dengan menjawab 4 kasus yang ada di LMS dan saling menanggapi ide  atau gagasan yang disampaikan di dalam forum.

Hal yang paling menarik selanjutnya adalah ruang kolaborasi yang terbagi dalam dua sesi, Pada sesi pertama kegiatan ini, seluruh CGP dapat bertatap muka secara daring untuk saling berdiskusi dan  mengidentifikasi   tujuh sumber daya yang ada di daerah untuk dapat di analisis strategi pemanfaatannya secara tepat. Kegiatan ini selalu menarik karena setiap CGP dapat berkontribusi menyampaikan gagasannya sesuai dengan kondisi di daerah masing masing. Pada sesi ke dua, mempresentasikan  serta memberikan umpan balik hasil diskusi yang di sampaikan oleh kelompok lain untuk mendapatkan strategi pemanfataannya secara efektif.

Pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan Demonstrasi Kontekstual  yaitu menganalisis sebuah video yang di sematkan pada LMS dengan melihat visi misi dan prakarsa perubahan yang ada dalam tayangan tersebut. Saya juga menggunakan tahapan B-A-G-J-A untuk mengidentifikasi  dan merefleksikan  praktik baik dan peran pemimpin pembelajaran.


2.      Feeling (Perasaan)

Perasaan  saya selalu bahagia ketika berjumpa dengan kawan kawan CGP hebat dalam ruang kolaborasi, sesi pembelajaran tersebut adalah sesi yang paling saya tunggu, bertemu dengan rekan rekan yang berbeda wilayah pada setiap sesi nya. Ini dikarenakan Fasilitator selalu mengubah dan memodifikasi tim belajar sehingga ada suasana yang berbeda yang hadir ketika proses diskusi berjalan. Menariknya selain mempelajari materi di modul, saya juga bisa mempelajari berbagai karakter CGP lainnya, menyimak bagaimana sudut pandang dan gagasan kawan kawan dalam menginterpretasi materi materi di ruang diskusi kolaborasi. Selain mendapat pencerahan dalam memahami isi modul saya juga terkadang mendapatkan moment” klik” untuk ide ide baru.


3.      Finding (Pembelajaran)

Pembelajaran  yang  saya dapatkan pada minggu ini adalah memahami pengelolaan sumber daya  yang ada di sekolah dengan menggunakan pendekatan pengembangan berbasis asset     ( Asset-Based Community Development/ABCD).  

Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik dan abiotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya.

Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

 - Murid

- Kepala Sekolah

- Guru - Staf/Tenaga Kependidikan

- Pengawas Sekolah - Orang Tua

- Masyarakat sekitar sekolah

- Dinas terkait

- Pemerintah daerah


Faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:

- Keuangan

- Sarana dan prasarana

- Lingkungan alam


Dr. Kathryn Cramer  seorang ahli psikologi mengembangkan Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) menyatakan bahwa kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif

Sementara Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang tidak nyaman dan curiga yang dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Selain hal di atas, Saya juga dapat mengidentifikasi factor-faktor yang  mempengaruhi ekosistem sekolah,  memahami potensi sumber daya  yang  dimiliki lingkungan sekolah dan mengevaluasi hasil pemetaan sumber daya sekolah  yang  dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan proses pembelajaran murid.

7 kerangka aset utama berdasarkan pendapat dari Green dan Haines (2016) yaitu:

1.      Modal Manusia

2.      Modal Sosial

3.      Modal Politik

4.      Modal agama dan budaya

5.      Modal Fisik Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:

         a. Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.

         b. Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.

6.      Modal Lingkungan/alam

7.      Modal Finansial

 


4. Future (Perubahan)

Perubahan yang akan saya lakukan adalah berdasarkan pemahaman baru dari materi modul 3.2 saya akan melakukan  pemetaan sumber daya yang ada di sekolah dengan menggunakan tujuh asset/sumber daya berdasarkan pendekatan pengembangan komunitas berbasis asset yang telah dirancang dan akan dipergunakan di SMAN 1 Langsa serta mengimbaskan pengetahuan-pengetahuan baru tersebut pada rekan-rekan sejawat guna peningkatan mutu pendidikan di SMAN 1 Langsa khusus nya dan Kota Langsa pada umumnya.



Senin, 04 September 2023

 

2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3

Harpila Desky, S.Pd

CGP Angkatan 8 SMAN 1 Langsa

Kota Langsa.

 

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media

 

Pemikiran Reflektif terkait pengalaman belajar.
1. Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh 

    Pada modul 2.3 yaitu coaching untuk supervisi

    Definisi coaching yaitu proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan dilakukan secara sistematis. Coach menfasilitasi performa kerja, pengalaman hidup dan pembelajaran diri serta pertumbuhan diri coachee.

Paradigma berfikir coaching:

1. Focus pada coachee

2. Bersikap terbuka dan ingin tahu

3. Memiliki kesadaran yang kuat

4. Mampu melihat peluang baru

Prinsip coaching

1.   Kemitraan : setara, tidak ada yang lebih rendah maupun lebih tinggi

2.  Proses kreatif: percakapan terjadi dua arah untuk memicu proses berfikir coachee, memetakan dan menggali potensi coachee menghasilkan ide ide baru

3.  Memaksimalkan potensi : percakapan menghasilkan rencana tindak lanjut dengan memaksimalkan potensi dan memberdayakan diri coachee

Kompetensi inti coaching

1. Kehadiran Penuh (presence) :kemampuan untuk hadir secara utuh bagi coachee baik badan, pikiran, hati selaras pada saat sedang melakukan percakapan coaching

2.   Mendengarkan aktif : focus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee sebagai mitra bicara

3.  Mengajukan pertanyaan berbobot : pertanyaan yang dapat menggugah coachee untuk berpikir, dan menstimulasi pemikiran dan ide baru.

 

Ciri pertanyaan berbobot :

1.    Hasil mendengarkan aktif

2.    Membantu coachee mengingat, merenung dan merangkai fakta

3.    Bersifat terbuka dan eksploratif

4.    Di ajukan di moment yang tepat.

 

Hambatan pada kegiatan mendengarkan aktif

                  1.  Asumsi
            2. Melabel/judgment
            3.
   Asosiasi dengan pengalaman pribadi.

     Mendengarkan dengan  RASA

1.    Receive/ terima semua pembicaraan dan ambil kata kunci

2.    Appreciate / menghargai lawan bicara dengan respon

3.    Ask / ajukan pertanyaan untuk memperdalam

4.    Summarize /menyimpulkan apa yang di dapat

 Percakapan Alur TIRTA yaitu Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi dan Tanggung Jawab.

 Perbedaan Antara Coaching, Mentoring dan Konseling:

Coaching mengarahkan coachee untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan memaksimalkan potensinya

Mentoring lebih membagikan pengalamannya untuk membantu mentee mengembangkan dirinya

Konseling lebih membantu konseli memecahkan masalahnya

 2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar 

Saya sangat merasa senang mempelajari materi coaching untuk supervisi kelas. Pada awalnya sedikit bingung namun semua terlalui dengan sangat baik. Terutama pada kegiatan ruang kolaborasi Pada kegiatan tersebut saya harus bertukar peran bersama rekan CGP hebat untuk menjadi observer, coach sekaligus coachee. Banyak keseruan dan tawa di sana, saling melengkapi dan mendukung untuk menuntaskan tugas. Langkah langkah pembelajaran yang kami alami sangat membantu pemahaman materi semakin dalam dan yang paling penting semua proses terlalui dengan perasaan bahagia dan dukungan dari banyak pihak.

 

3.  Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 

Saya sudah mulai paham dengan alur TIRTA, prinsip coaching dan kompetensi coaching. Pada kegiatan pembelajaran kami mempraktekan secara langsung peran sebagai observer, coach dan coachee dengan menggunakan alur TIRTA, prinsip coacing, kompetensi coaching, Bagaimana mendengarkan dengan RASA dan menghindari hal hal yang menjadi penghambat dalam kegiatan mendengarkan aktif.

4.  Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 

Lancar kaji karena di ulang, lancar jalan karena di tempuh, secara umum pemahaman materi coaching sudah mulai baik namun butuh latihan dan pembiasaan dalam penerapannya seperti alur TIRTA, menghasilkan pertanyaan berbobot dan membangun kemitraan yang baik dalam berkomunikasi serta bagaimana seorang coach dapat menghindar dari asumsi dan penilaian pribadi terhadap apa yang disampaikan oleh coachee.


5. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Sebagai  seorang  guru yang juga berperan menjadi coach dalam sebuah pembelajaran adalah sebuah kebutuhan untuk dapat menuntun murid untuk mengenal dan mengidentifikasi kesiapan belajar ,  profil dan minat belajar dengan pendekatan yang memberdayakan murid, menggali potensi dan kekuatan yang telah ada pada diri mereka. Dalam sebuah coaching dibutuhkan kompetensi sosial emosional yang baik oleh seorang coach dan coachee. Coaching memfokuskan pada kedekatan emosi dalam pencapaian tujuan positiF dengan menghindari asumsi asumsi dari pikiran coach pada saat melakukan diskusi

Kegiatan Coaching ini membantu coachee memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya untuk menyelesaikan problemnya sendiri. Oleh karena itu kompetensi diri dan kematangan diri yang dimiliki akan sangat di butuhkan untuk mengoptimalkan kekutan dan peran diri sebagai pendidik di era sekarang ini.

 

1.  B. Seperti apa penerapan supervisi akademik dengan penerapan coaching akan berdampak        

     pada warga sekolah?

Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan agenda rutin yang dilaksanakan dalam rangka menilai keseluruhan proses pembelajaran dan kinerja guru  melalui observasi di kelas. Setelah mempelajari dan memahami supervisi akademik dengan paradigm berpikir coaching, supervisi akademik di definisikan sebagai serangkaian aktivitas yang bertujuan memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajarannya yakni pembelajaran yang berpihak pada murid dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini tentu saja diharapkan dapat memberi dampak pada pertumbuhan, perkembangan dan pengawasan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akan menjadi ruang diskusi untuk membantu menggali kekuatan dan potensi guru dengan melalui tiga tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut.

 2b. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

Sebagai calon guru penggerak yang memiliki peran menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid dan menggerakan komunitas praktisi, materi supervisi dengan paradigma berfikir coaching menjadi cara pandang baru dalam memberdayakan diri dan orang lain untuk dapat menggali kekuatan diri menjadi pribadi yang lebih berkualitas dalam menemukan solusi. Paradigma tersebut membantu seseorang untuk belajar bukan di ajari atau di dikte. Dengan ketrampilan mendengarkan aktif , seorang coach memusatkan diri pada coachee dengan mengabaikan penilaian pribadi. Selanjutnya didukung dengan pertanyaan berbobot yang memunculkan ide ide baru dari coachee untuk mengembangkan kompetensi diri.

3b. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)

Pemahaman tentang supervisi dikenal sebagai kegiatan penilaian dari atasan kepada bawahan dengan pemberian skor atau angka tertentu. Hal ini tentu saja menjadi momok menakutkan bagi guru- guru. Mengubah paradigma supervisi dengan paradigm berpikir coaching tentu lah tidak mudah apalagi kegiatan supervisi biasanya dilakukan dalam komunikasi satu arah.

4.b Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Keterbukaan terhadap kendala yang di hadapi menjadi salah satu kunci keberhasilan diskusi menggunakan paradigma coaching, hal hal seperti inilah yang harus mulai di perkenalkan kepada guru dan warga sekolah. Sosialisasi atau diseminasi tentang apa itu supervisi kelas dengan paradigma berfikir coaching akan menjadi solusi nya agar pemahaman baru dapat tersampaikan dengan baik dan warga sekolah siap untuk terbuka dan memberdayakan diri. Solusi lainnya adalah dengan mempraktikan dan memberi contoh nyata seperti apa pelaksanaan dan penerapan coaching di lapangan, dengan melihat dan merasakan dampak emosional dari perlakuan setelah pelaksanaan coaching maka coachee dapat menceritakan perasaan nya kepada orang lain dengan harapan tindakan ini dapat membawa perubahan terhadap sudut pandang pelaksanaan supervisi

C. Membuat keterhubungan
1c. Pengalaman masa lalu

       Biasanya setiap semester setiap guru mendapatkan jadwal untuk disupervisi oleh kepala sekolah atau guru senior untuk menilai kelengkapan perangkat ajar dan bagaimana mengelola kelas. Perasaan saya campur aduk antara lain nervous, panik, takut salah dan lainnya. Pada kegiatan tersebut, saya hanya di beri informasi jadwal saja Setelah supervisi kelas kemudian saya dan supervisor akan berbincang tentang kelemahan dan kekurangan dari aktifitas yang sudah dilakukan serta mendengarkan masukan arahan dari supervisor.

2c. Penerapan di masa mendatang

       Berdasarkan pemahaman baru yang saya pelajari dari materi supervisi paradigma coaching sebagai serangkaian aktifitas yang bertujuan memberdayakan dan mengembangkan kompetensi diri, kedepan aktifitas ini harus dapat mengakomodir tujuan yang di maksud dengan menerapkan prinsip prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coahing. Kegiatan di laksanakan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan supervisi dan tindak lanjut. Dengan mengadopsi kegiatan supervisi klinis diharapkan peningkatan performa guru dapat terwujud dan berkelanjutan.

3c. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

       Pada modul 2.1 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dimana bapak kihajar dewantara dengan filosofinya menginginkan pembelajaran yang berpihak pada murid, sebagai pemimpin pembelajaran guru diharapkan dapat melihat kesiapan belajar murid, minat belajar murid dan profil belajar murid . pada Modul 2.2 Pembelajaran social emosional , yaitu materi yang membahas tentang kompetensi murid terkait bagaimana mereka dapat menguasai kompetensi kesadaran diri, management diri, kesadaran social dan ketrampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kedua modul sebelumnya dapat di lakukan dengan pendekatan komunikasi coaching untuk memberikan dimensi pertumbuhan dan dan pengembangan diri baik murid, rekan guru maupun warga sekolah.

 

4c. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

        Beberapa informasi yang saya dapatkan terkait materi coaching dalam supervisi akademik dan materi lainnya selama proses pembelajaran guru penggerak adalah Modul modul yang tersedia di media online, youtube, diskusi dengan sesama rekan CGP,  pengajar praktik, fasilitator, ruang diskusi dengan  instruktur